Tuesday, June 12, 2012

JOKES-HUMOR HAJI

PAK SAVAR RULY


Dari sekian banyak jamaah haji, yang sulit saya lupakan adalah Pak Savar Rullie.  Pertama kali saya mengenal dia saat di Asrama Haji Pondok Gede karena tinggal di satu kamar. Tempat tidur saya  bersebelahan dengannya. Itulah saat saya mulai ngobrol banyak hal dengan Pak Savar Rullie.
“Saya sering lupa dan agak ceroboh. Sampai sekarang, kupon makan saya hilang. Slayer warna kuning dari KUA juga hilang waktu turun dari bus,” cerita Pak Savar Rullie menjelang tidur malam di Asrama Haji Pondok Gede.
Saat di Madinah, ada cerita lain lagi dari Pak Savar Rullie, yaitu salah melihat jam. Malam  itu jarum jam masih  menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit. Tapi dalam pikirannya, katanya,  sudah  jam 3.55 dini hari.  
“Merasa sudah jam 3.55  pagi, maka saya langsung pergi ke Masjid Nabawi,”  kisahnya. Namun begitu sampai masjid, pemain orgen tunggal tersebut  bingung karena suasana masih sepi.
Lho kok sepi, kenapa?  Setelah melihat jam lagi, ternyata memang saatnya orang masih istirahat.  Subhanallah. Nah, untuk memanfaatkan waktu, Pak Savar Rullie langsung shalat sunat  dan baca Al-Qur’an di masjid sampai pagi hari.
Saya sendiri saat mendengarkan cerita tersebut tidak bisa menahan tawa. Untuk membuat suasana lebih gayeng, saya coba mengeksplorasi pengalaman lain dari Pak Savar Rullie.
“Saya pernah datang ke tempat acara untuk main orgen tunggal, tapi begitu waktu main tiba, orgen saya masih tertinggal di rumah,”  ungkap Pak Savar Rullie mengawali ceritanya.
“Apa yang bapak lakukan?” tanya saya. 
“Saya naik ojek dan minta diantar dengan cepat,” tuturnya.  Alhamdulillah, akhirnya jadi tampil juga.”
Dari cerita yang disampaikan kawan-kawan jamaah haji, penulis ingat tentang beberapa cerita sahabat yang satu ini. Di antara cerita-cerita itu adalah sebagai berikut. Pertama, selama tinggal di hotel Elbadi Elyas, Madinah, Pak Savar Rullie membuat jemuran dari tambang di dalam kamar.  Ditarik dari ujung kamar ke ujung kamar lain.  “Waktu akan tidur saya tidak melihat ada tambang jemuran, tapi begitu bangun pagi, sudah ada tambang jemuran melintang di dalam kamar,” ungkap Pak Muhallim sambil menambahkan padahal di setiap kamar sudah ada tempat menjemur pakaian di balik kaca jendela. Cara pemakaiannya, tinggal membuka jendela dan menjemur pakaian. Lebih cepat kering lagi karena suhu udara sangat panas. 
Karena tidak ada pakaian yang dijemur, meskipun tambang sudah dipasang, para jamaah tidak merasa terganggu. Pada hari berikutnya, ketika jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, saat menjelang tidur, kondisi kamar masih rapi. Karena tidak ada pakaian yang dijemur. Namun begitu bangun pagi, ternyata sudah ada beberapa pakaian yang dijemur di dalam kamar.
“Kapan ya Pak Savar Rullie mencuci dan menjemur pakaian?” tanya Pak Muhallim dalam hati.
Barangkali waktu mereka sedang tidur. Bisa jadi, gumamnya.
Kedua, cerita tentang toilet   kamar hotel   yang sempat mampet. Anggota kamar juga kebingunan karena tidak tahu sebabnya. Begitu petugas kebersihan hotel membersihkan toilet, ternyata ada sabun mandi yang masuk ke toilet. Kami pun saling menanyai siapa di antara penghuni kamar yang membuat toilet jadi mampet. Tak lama berselang, ada yang mengaku.
“Sabun saya jatuh ke toilet,” ungkap Pak Savar Rullie yang disambut dengan tawa oleh  anggota kamar.
Cerita ketiga, ini terjadi pada hari ketiga kami di tanah suci, seperti pernah dituturkan  Pak Muhalim  yang tinggal sekamar dengannya. Katanya, waktu itu dia meletakkan buah  apel di atas kasur milik Pak Muhallim.  Tanpa disadari, beberapa saat kemudia Pak Savar Rullie mencari-cari apelnya.
“Pak Muhallim, di mana apel saya?”
Kan bapak taruh di atas kasur saya,” jawab Pak Muhallim sambil menunjukan apel di atas karusnya.
Astaghfirullah ……,” sahut Pak Savar Rullie.
Sahabat yang satu ini memang mudah lupa.
Keempat,  cerita tentang dia manakala melakukan ihram. Menjelang  berangkat  ke Mekkah, jamaah disarankan memakai pakaian ihram dari hotel di Madinah dan mengambil miqat di Bir Ali. Ketika semua sudah mengenakan pakaian ihram, dia bilang,“Kok kecil banget kain ihram saya?”  
Kami semua pun memandangi dan mengamatinya.
“Heran,  kain ihram yang lain besar dan lebar,” kata dia.
 Lho itu kan handuk hotel yang bapak pakai mandi,”  jelas Ustaz Mughni sambil menahan tawa.
Yang mengundang tawa dari Pak Savar Rullie memang ada-ada saja.
Keenam, kebiasaan menjemur pakaian di Madinah terulang lagi ketika jamaah  berada di Mina.  Berbeda dengan di Madinah dan Mekkah, tempat tinggal di Mina berupa tenda besar.  Satu tenda yang berukuran 12x4 meter itu diisi  45 orang.  Lagi-lagi Pak Savar Rullie berulah. Pada waktu jamaah sedang asyik ngobrol pada siang hari,  tiba-tiba Pak Savar Rullie dengan tenangnya menjemur sarung di dalam tenda.
“Pak Savar Rullie, sarungnya bisa dilipat saja karena tidak basah,”  ungkap seorang jamaah mengingatkannya. 
Ada lagi ceritanya tentang menahan kencing yang membuat shalat tidak khusyu’.  Ini  juga dialami Pak Savar Rullie.
“Ketika orang-orang sedang ruku’ saya sudah sujud. Tidak fokus karena menahan kencing,” katanya.

No comments:

Post a Comment